Minggu, 13 Mei 2012

Curhatan Seorang Akhwat

Untuk para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah kondisi akhwat. Antum tau, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitive. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang mudah sekali GR, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.


Bila diibaratkan ta'aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum?
Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah ini membuata para akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tidak berhak, karena belum mendapat ijin dari yang punya rumah.

Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi ditengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah itu masih tertutup. Bahkan antum tak berniat untuk membukakannya. Saat itulah hati akhwat berkeping-keping. Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? ??

Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu diteras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin menghianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah.Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.

Akhi, tolong hargai akhwat sebagi saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat "coba-coba '. Pikirkanlah kembali.Mintalah PetunjukNYA.Jika antum sudah merasa siap, maka jemputlah mereka.
Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, Calon qowwam, kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi Rabbani penyeru, pembela agama Alloh.

Curhatan Seorang Akhwat Rating: 4.5 Diposkan Oleh: r007-

0 komentar:

Posting Komentar